Mentan Dorong Perguruan Tinggi Dukung Pembangunan Pertanian di Indonesia


Unair - Surabaya, Jawa Timur - Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman mendorong peran serta Civitas Akademika  Universitas Airlangga (Unair) Surabaya untuk berpartisipasi dalam pembangunan pertanian nasional dengan mengembangkan inovasi teknologi pertanian. Hal ini disampaikan Mentan ketika menyampaikan orasi ilmiah di depan segenap Civitas Akademika UNAIR dalam rangka Dies Natalis ke-62 UNAIR.   Kementerian Pertanian RI selama dua tahun terakhir telah  berhasil menuntaskan lima masalah klasik pertanian Indonesia yakni irigasi, sawah, pupuk, benih, dan alat mesin pertanian (Alsintan) dan penyuluhan sehingga hasil produksi pangan strategis meningkat.

Selain harapan dukungan dari Unair Surabaya, Kementan juga telah menjalin kerjasama dengan IPB , UGM dan Unila karena maju mundurnya pertanian Indonesia juga tergantung dukungan dan itikad baik perguruan tinggi. "Mari kita wujudkan harapan Soekarno pada pidatonya 27 April 1952 bahwa mati hidup suatu negara tergantung pangan, karena ketahanan negara ditentukan oleh ketahanan pangan," pungkas Amran
Mentan juga mengingatkan dengan mengusung semangat Hari Pahlawan 10 November, pemerintah mengharapkan dukungan perguruan tinggi pada hilirisasi hasil penelitian agar Indonesia tidak tergantung pada produk impor dan mampu membuka lapangan kerja bagi industri teknologi pertanian yang pada gilirannya bermanfaat bagi petani untuk meningkatkan hasil produksi pangan sehingga  target swasembada pangan  dapat terwujud dalam tiga tahun ke depan.

Mentan menambahkan bahwa Kementan fokus membangun infrastruktur dasar pada lahan kering dan tadah hujan seluas 3,9 juta hektar dengan membangun embung, long storage, dam-parit, sumur dangkal, dan pemanfaatan air sungai sehingga Indeks Pertanaman (IP) dapat meningkat dari satu kali tanam padi per tahun menjadi dua kali per tahun. Pengembangan infrastruktur tersebut juga bermanfaat untuk antisipasi dan mitigasi dampak El Nino 2015 yang lebih hebat ketimbang El Nino pada 1997.

"Guna mengatasi musim paceklik dilakukan terobosan baru menanam padi di bulan Juli hingga September dan menghasilkan luas tanam rerata 1 juta hektar per bulan, hampir dua kali lipat dibandingkan 15 tahun terakhir hanya sekitar 500 ribu hektar," ungkap Mentan yang baru kembali dari kunjungan kerja selama sepekan ke Korea Selatan dan Taiwan.

Tampak hadir Rektor Unair Prof Dr Mohammad Nasih, Wakil Ketua KPK Laode Mohammad Syarif, Sekretaris Badan Pengembangan SDM Kementan (BPPSDMP) Momon Rusmono, dan Kepala BBPP Ketindan Adang Warya.

Tata Niaga Pangan

Dalam orasi ilmiahnya Mentan juga mengelaborasi kondisi karakteristik negara kepulauan, sistem distribusi, logistik, asimetri informasi, struktur dan perilaku pasar yang berakibat pada terjadinya disparitas harga dan anomali pasar pangan, sehingga pemerintah menetapkan harga acuan berupa celling price (batas atas) dan floor price (batas bawah) pada tujuh komoditas pangan: padi/beras, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, gula dan daging sapi.

"Pemerintah hadir di tengah petani khususnya pada saat panen raya dan harga jatuh maka pemerintah turun tangan membeli produk petani dan sebaliknya pada saat harga di konsumen naik maka dilakukan intervensi melalui operasi pasar," tegas Amran

Menurutnya, pemerintah melalui Bulog menggalakkan program serap gabah petani disingkat Sergap dan dijual ke sentra konsumen, dengan demikian rantai tata niaga diperpendek dari tujuh hingga delapan menjadi hanya tiga dan empat rantai sehingga disparitas harga konsumen dengan produsen diminimalisir, untuk memberi keuntungan pada petani dan tidak membebani konsumen.

"Saya harapkan dukungan perguruan tinggi, peran saya tidak ada artinya tanpa dukungan perguruan tinggi, Karena di kampus ini berkumpul sosok-sosok teladan saya dan saya selalu ingat pesan orang tua bahwa setelah bapak dan ibu maka orang yang paling berjasa bagi kita adalah guru," seru Amran menutup orasi ilmiahnya tersebut.




Berita Lainnya