Kementan dan APO Gelar Pelatihan Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing Produk Pertanian


Kementerian Pertanian (Kementan) bekerjasama dengan Asian Productivity Organization (APO) menggelar Pelatihan Agribisnis Untuk Tingkat Eksekutif dan Manajer di Bali, Senin (27/2/2017). Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas ketenaga kerjaan khususnya di bidang pertanian agar komoditas pangan yang dihasilkan dapat bersaing di pasar internasional.

Hadir pada kegiatan ini, Sekretaris Jenderal Kementan, Hari Priyono, Profer Studi Kebangkitan Pasar dari Cornell University New York, USA, Dr. Ralph D. Christy, Direktur Bidang Pertanian APO, Dr. Muhammad Saeed, Direktur Bina Produksi Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), Estiarty Haryani, Kepala Pusat Kerjasama Luar Negeri Kementan, Mesah Tarigan dan pelaku usaha pertanian dari luar negeri yakni China, Filipina, Nepal, Iran, Pakistan, Korea Selatan, Thailand, Vietnam, Sri Lanka, Kamboja, Banglades, dan India serta pelaku usaha pertanian dalam negeri.

Sekretaris jenderal Kementan, Hari Priyono mengatakan kerjasama dengan APO merupakan agenda rutin yang penyelenggaraannya dua tahun sekali. Dalam kerjasama ini, Indonesia diwakili Kemenaker dan kementan. 

“Kerjasama ini diarahkan untuk meningkatkan produktivitas ketenagakerjaan khususnya di bidang pertanian. Kita mengetahui perkembangan pertanian itu selalu menyesuaikan dengan kebutuhan konsumsi yang semakin meningkat dengan jumlah populasi yang semakin meningkat,” kata Hari Priyono saat memberikan sambutan sekaligus membuka secara resmi pelatihan agribisnis.

Menurut Hari, selain semakin meningkatnya kebutuhan konsumsi di atas, tantangan lain yang dihadapi perekonomian Indonesia di sektor pertanian yakni kemampuan daya saing produk untuk mengakses ke pasar internasional. Namun demikian, pertumbuhan sektor pertanian masih dipandang lebih lambat dibanding sektor industri. 

“Hal ini sangat ditentukan oleh kompetitif daya saingnya bukan hanya produknya, tapi daya saing pelaku bisnisnya. Kita tidak akan melakukan intervensi terus membantu petani, tanpa petani sendiri mampu meningkatkan kapasitasnya dalam rangka meningkatkan usahanya sendiri,” imbuhnya.

Oleh sebab itu, Hari menegaskan kegiatan pelatihan ini diharapkan agar pelaku usaha dari berbagai negara yang notabenenya dari berbagai sektor dapat bertukar ilmu dan pengalaman untuk bisa meningkatkan daya saing pertanian dalam negeri. Namun, peningkatan daya saing dihadapkan pada tantangan pasar bebas dan perubahan iklim. 

“Untuk itu, tanpa ada satu peningkatan kapasitas building, petani kita akan sulit untuk bisa berkembang, jangan-jangan kita selalu akan terjebak pada masalah klasik yaitu harga jatuh pada saat panen dan harga tinggi pada saat bukan musimnya. Ini masalah yang perlu didiskusikan agar bagaimanan meningkatkan kapasitas building para pelaku usaha dan membuat model-model usaha berkelanjutan,” ujar Hari.

Direktur Bidang Pertanian Asian Productivity Organization (APO) Muhammad Saeed menegaskan selain perubahan iklim, tantangan yang dihadapi dalam pembangunan sektor pertanian saat ini yakni migrasi kelompok usia muda dari perdesaan ke perkotaan serta alih fungsi lahan pertanian menjadi tantangan ketahanan pangan. 

"Ini tak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di dunia. Kini ada 2,6 miliar penduduk urban di dunia. Migrasi ini , membuat pekerjaan bidang pertanian kehilangan sumber daya manusia. Sekarang, malahan kelompok usia lanjut yang mengerjakan pertanian," tegas Saeed.

“Kemudian, alih fungsi lahan pertanian, ikut memberi dampak. Pembangunan perumahan dan industri di lahan pertanian kian banyak," pinta Saeed.

Direktur Bina Produksi Kementerian Ketenagakerjaan, Estiarty Haryani mengatakan pelatihan ini guna membagi pengetahuan dengan menghadirkan juga para praktisi dari berbagai negara. Selain itu, kerjasama juga dengan Cornell University New York, USA agar dapat mengadopsi ilmu dan pengalaman di negara tersebut sehingga dapat diimplementasikan di Indonesia. 

“Inilah points yang akan didapatkan dalam pertemuan ini. Selain itu, dalam APO intinya tumbuh bersama untuk meningkatkan produktivitas di negara anggota, yakni ada 19 negara Asia Pasifik,” kata Estiarty.

Estiarty  menyebutkan dalam pelatihan ini, peserta akan melihat langsung progres positif kerjasama dengan APO di daerah yang dikenal dengan Subak yang berada di Bali, yakni model pertanian. Menurutnya ini salah satu implementasi kerjasama dengan APO yang sudah kelihatan hasilnya. 

“Kemudian ada kunjungan ke pengolahan kakao untuk melihat secara langsung pola implementasi meningkatkan produktivitas produk kakao. Ini model-model peningkatan produktivitas di bidang pertanian itu meningkat,” pungkasnya.




Berita Lainnya