Mentan Amran Lepas Pengapalan 10.015 Ton Jagung Gorontolo ke Banten


Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman melepas pengapalan jagung di Pelabuhan Provinsi Gorontalo sebanyak 10.015 ton ke Pelabuhan Cigading, Banten. Jagung dari Gorontalo tersebut merupakan hasil capaian Program Upaya Khusus Kementerian Pertanian untuk percepatan peningkatan produksi jagung, seperti penyaluran bantuan benih dan alat-alat teknologi pertanian.

Hadir pada acara tersebut mantan Menteri Perdagangan, Rahmat Gobel, Pangdam XIII/Merdeka, Mayjen TNI Ganip Warsito, Plt Gubernur Gorontalo, Prof Dr Zudan Arif Fakrulloh dan para pelaku usaha.

Amran mengungkapkan melimpahnya produksi jagung di Gorontalo adalah bentuk keberhasilan Indonesia yang tahun ini bisa melepaskan diri dari impor jagung. Sebab menurutnya pada tahunn-tahun sebelumnya Indonesia rutin mengimpor jagung yakni mencapai 3 hingga 3,5 juta ton per tahun.

"Sampai dengan Mei tahun 2017 belum ada permintaan impor. Padahal sebelumnya kita selalu impor. Hari ini daerah-daerah salah satunya Gorontalo malah mengirimkan jagung berton-ton. Tahun ini kami targetkan hentikan impor, kami tutup buku impor jagung,” kata Amran di Pelabuhan Gorontalo, Jumat (21/4/2017).

Terkait hal ini, Amran menegaskan keberhasilan Indonesia pun mampu membuat geger dunia khususnya negara-negara tetangga heran akan upaya keras pemerintah Indonesia mendorong ketahanan pangan melalui produksi jagung. keberhasilan ini pun merupakan kerja keras semua pihak, khusus untuk TNI dan seluruh Babinsa di seluruh Indonesia yang membantu pertanian. Ia berharap agar TNI-Polri untuk terus mengawal pangan Indonesia, sebab ketahanan pangan identik dengan ketahanan negara.

“Malaysia mendatangkan delegasi dua menteri untuk mempelajari apa langkah yang dilakukan Indonesia menghentikan impor jagung. Malaysia setiap tahunnya impor jagung hingga 3 juta ton. Sementara Kita 3,6 hingga 4 juta. Tapi tiba-tiba 3 juta impor kita hilang. Kita sama-sama mengimpor dari Argentina dan Amerika. Mereka masih lanjut, kita berhenti,” ungkap Amran.

Amran menjelaskan impor jagung di tahun 2016 turun 66 persen. Provinsi Gorontalo merupakan salah satu daerah yang memiliki kontribusi paling besar. Ia berharap agar pelaku usaha untuk tidak mengimpor jagung.  Sebab, produksi jagung di Indonesia bisa untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri.

“Saya diperintahkan Presiden Jokowi mengecek ke sentra-sentra produksi jagung untuk melihat ketersediaan jagung. Saya sudah lihat sendiri, ternyata produks‎inya melimpah. Untuk meningkatkan lagi produksi jagung di Gorontalo, kami akan tambah  bantuan Provinsi Gorontalo. Masyarakat juga agar dapat memanfaatkan sejengkal tanah pun untuk ditanami jagung,” ujarnya.

Menurutnya, satu pengusaha di Gorontalo saja mampu menghasilkan jagung pipil 1.000 ton per hari, sehingga, dalam satu tahun mampu menghasilkan sekitar 400 ribu ton per tahun. Padahal di Gorontalo mencapai 10 pengusaha jagung.

“Artinya, produksi mencapai 3 juta ton per tahun. Sedangkan stok jagung di Bulog ada 140 ribu ton, sementara kebutuhan jagung pihak yang menginginkan impor hanya 30 ribu ton, belum lagi di daerah-daerah seperti Gorontalo," terangnya.

Usai melakukan pengapalan jagung, Mentan dan rombongan meninjau gudang pengeringan jagung dan melakukan gerakan percepatan Luas Tambah Tanam (LTT) untuk padi dan jagung serta upaya khusus Sapi Induk Wajib Bunting (SIWAB) di Desa Hutabohu, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo.

Pada kegiatan gerakan percepatan LTT tersebut, Kementerian Pertanian menyalurkan bantuan sebesar Rp 177,16 miliar yang berasal dari dana APBN 2017 untuk disalurkan ke 6 kabupaten/kota. Bantuan dana tersebut guna menyukseskan gerakan percepatan Luas Tambah Tanam (LTT) untuk padi dan jagung serta upaya khusus SIWAB.

Dalam sambutannya, Amran menjelaskan dana tersebut untuk digunakan dalam mempercepatan dan memaksimalkan produksi. Misalnya bantuan alat dan mesin pertanian, pengembangan kawasan pertanian, hingga asuransi usaha petani padi dan peternak sapi.

"Dengan asuransi bisa tenang. Padinya kena banjir dibayar oleh asuransi, sapinya mati diganti, asal jangan dipotong. Selama ini belum ada asuransi untuk petani dan peternak," demikian tutur Amran.




Berita Lainnya