Mentan Tegaskan Ketersediaan Pangan Strategis Jelang Idul Fitri Aman


Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan ketersediaan dan harga komoditas pangan strategis menjelang Hari Raya Idul Fitri aman dan stabil. Pasalnya, ketersediaan komoditas pangan strategis seperti beras, minyak goreng, gula pasir, bawang merah, cabai besar, cabai rawit, daging ayam ras, dan telur ayam pada bulan Juni 2017 dalam kondisi aman. 

“Produksi beras diperkirakan 3,8 juta ton, sementara permintaan beras hanya 2,7 juta ton, sehingga diperoleh sisanya 979 ribu ton.  Apabila ditambah dengan stok beras bulan Mei sebanyak 14 juta ton, stok beras di bulan Juni mencapai 14,99 juta ton. Stok ini mampu memenuhi kebutuhan beras selama puasa sampai lebaran, sehingga ketersediaan beras bulan Mei dan juni aman,” tegas Amran pada Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Rabu (7/6/2017).

Lebih lanjut Amran menyebutkan pada bulan Juni ini pun terdapat stok minyak goreng sebanyak 8,24 juta ton, gula pasir 131,4 ribu ton dan bawang merah 68 ribu ton. Demikian juga stok cabai besar sebanyak 29,2 ribu ton, cabai rawit 41,9 ribu ton, daging ayam ras 29,2 ribu ton dan telur ayam sebanyak 220,6 ribu ton. 

“Begitupun ketersediaan beras di gudang Bulog dan pasar juga dalam kondisi aman. Bulog saat ini memiliki stok beras dalam jumlah cukup. Ketersediaan beras di Pasar Induk Beras Cipinang juga aman,” sebutnya.

Amran menambahkan total stok beras di gudang Bulog per 29 Mei 2017 mencapai 1,98 juta ton. Kemudian, selama bulan Mei pemasukan beras ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) telah mencapai 71.356 ton. 

“Artinya pemasukan beras di bulan Mei sebanyak 118,9 persen dibandingkan pasokan normal bulanan. Sementara pengeluaran beras dari PIBC hanya 65.977 ton,” tambahnya.

Terkait dengan maraknya isu naiknya harga bawang putih, Amran menjelaskan kenaikan harga tersebut patut diduga erat kaitannya dengan spekulan importir. Pasalnya 90 persen kebutuhan bawang putih dipenuhi dari impor, sehingga para importir dapat menjualnya dengan harga jauh lebih mahal dari harga beli dan biaya impornya dari pasar luar negeri. 

“Untuk mengatasi kekurangan suplai bawang putih, dibutuhkan hanya 60 ribu hektar lahan. Pada tahun 2017 hingga 2019 kami programkan pengembangan bawang putih di areal seluas 100 ribu hektar yakni di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua,” jelasnya.

Amran mengungkapkan pengamanan ketersediaan, stabilisasi harga dan mengatasi spekulan, pemerintah melalui Polri telah membentuk Satgas Pangan. Salah satu kegiatanya yakni melakukan opetasi mendadak (SIDAK) ke pasar, gudang dan temapat yang diduga menjadi tempat penimbunan pangan.

“Satgas Pangan telah melakukan SIDAK ke Pelabuhan Marunda Jakrta dan Pasar Induk Osowilangun Surabaya. Hasilnya ditemukan penimbun bawang putih oleh importir dan minyak goreng ilegal yang tidak terdaftar,” demikian ungkap Amran.




Berita Lainnya