Kementan Apresiasi Stakeholder Yang Berpartisipasi Dalam Penyelamatan Ternak di Sekitar Gunung Agung


Bali (02/10) – Kementan melalui Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) I Ketut Diarmita memberikan apresiasi dan menyambut baik kehadiran berbagai pihak (stakeholder) yang akan berpartisipasi untuk penyelamatan hewan ternak dalam rangka siaga erupsi gunung agung Bali. Hal tersebut disampaikannya menanggapi kunjungan tim gabungan dari perguruan tinggi dan asosiasi bidang peternakan dan kesehatan hewan ke Posko Siaga Peternakan dan Kesehatan Hewan pada tanggal 30 September 2017 di Tanah Ampo Karangasem.

Tim gabungan tersebut berasal dari Fakultas Peternakan UGM, Fakultas Peternakan UNUD, Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI), Gabungan Pengusaha Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Peternakan Indonesia, Perhimpunan Sarjana Sosial Ekonomi Peternakan Indonesia, dan Asosiasi Ilmu Nutrisi Indonesia. Tim gabungan yang dipimpin oleh Dr. Bambang Suwigyo, S.Pt., MP. yang juga menjabat Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kerjasama, Fakultas Peternakan, UGM juga menyampaikan akan berkontribusi secara aktif untuk ikut meringankan beban masyarakat terdampak terutama para peternak. Tim juga menjanjikan akan memberikan bantuan berupa pakan konsentrat sapi sebanyak 16 ton dan akan mengirimkan relawan dari kalangan mahasiswa.

I Ketut Diarmita menyampaikan, Posko Siaga Peternakan dan Kesehatan Hewan terus mendapatkan dukungan dari berbagai pihak untuk bergabung dalam kegiatan Satgas Peternakan dan Kesehatan Hewan, sehari sebelumnya pada Sabtu, 30 September 2017 Posko Siaga PKH juga telah menerima Tim Pelayanan Kesehatan Hewan dari PDHI Cabang Bali yang langsung memberikan pelayanan kesehatan hewan pada tempat-tempat penampungan ternak yang telah dievakuasi. "Ini adalah bukti kepedulian dan kecintaan kita terhadap para peternak dan ternak yang dimilikinya", kata I Ketut Diarmita.

I Ketut Diarmita menyampaikan, tindakan yang sudah dilaksanakan oleh Kementan, yaitu:

(1). Melakukan   evakuasi   ternak, dengan  target  20.000   ekor   sapi   dari   wilayah terdampak. Ternak yang sudah dievakuasi sampai dengan tanggal 1 Oktober 2017 sebanyak sebanyak 4.082 dengan rincian sapi (3.573 ekor), kambing (403 ekor) dan babi (106 ekor) yang tersebar di 7 Kabupaten.

(2). Menyediakan tempat penampungan ternak. Sampai tanggal 1 Oktober 2017 sudah tersedia sebanyak 41 titik yang tersebar di 7 Kabupaten.

(3). Memberikan bantuan  berupa: 5 ton pakan konsentrat, 10 ton rumput kering (hay) atau setara 50-60 ton rumput basah, 10.000 dosis obat-obatan, 1 mobil truk utk evakuasi ternak, pembangunan kandang, atap dan kelengkapannya, dan kelengkapan untuk identifikasi ternak.

(4). Memfasilitasi bantuan dari berbagai pihak. Bantuan yang telah diterima dan sebagian telah disalurkan yaitu:pakan konsentrat sebanyak 95 ton, rumput gajah sebanyak 3 ton, hijauan pakan ternak sebanyak 1  truk, jerami sebanyak 1 truk dan 5 engkel pickup, bambu sebanyak 1 truk dan 220 batang, kendaraan untuk evakuasi ternak sebanyak 9 unit truk dan 60 buah terpal.

4). Membuat surat edaran ke seluruh kabupaten/kota untuk membuat stok pakan sebanyak mungkin sebagai antisipasi saat terjadi letusan dan abu vulkanik yang membuat rumput tidak bisa dimanfaatkan.

5). Pelayanan kesehatan hewan bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) untuk memeriksa dan mengobati ternak ditempat-tempat penampungan ternak.

6). Bekerjasama dengan berbagai pihak seperti Fakultas Peternakan UGM, Pakultas Peternakan UNUD, Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI),  Gabungan Pengusaha Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Peternakan Indonesia, Perhimpunan Sarjana Sosial Ekonomi Peternakan Indonesia, dan Asosiasi Ilmu Nutrisi Indonesia.

7). Terus mengaktifkan Hotline no: 081238632084 untuk layanan informasi penanganan evakuasi ternak dan kesehatan hewan yang bisa diakses 24 jam.

Dalam evakuasi ternak ini, I Ketut Diarmita mengatakan masih ditemui beberapa masalah, yaitu: (1). Kurangnya armada untuk mengevakuasi ternak sebanyak 20 truk; (2). Kurangnya persediaan pakan (kebutuhan konsentrat sapi untuk 1 bulan sebanyak 1.200 ton dan Sudah tersedia 60 ton, sedangkan kebutuhan pakan hijaun 15.000 ton. dan saat ini masih disediakan secara mandiri oleh para peternak); (3). Kekurangan tenaga untuk evakuasi, pengawasan, perawatan ternak dan hewan kesayangan; (4). Kurangnya bahan (terpal dan bambu) untuk pembangunan kandang sementara.

I Ketut Diarmita juga menyampaikan, rencana tindak lanjut yang akan dilakukan oleh Satgas Peternakan dan Kesehatan Hewan, yaitu (1). Mempercepat proses evakuasi dan relokasi ternak dari daerah rawan bencana ke tempat-tempat penampungan yg telah ditetapkan; (2). Mendata/mengidentifikasi jenis dan jumlah populasi ternak di desa-desa terdampak dan jumlah yang sudah dan belum dievakuasi; (3). Pengawasan dan penanganan terhadap kesehatan dan kesejahteraan ternak di tempat penampungan; (4). Terus memfasilitasi para pihak dalam memberikan kontribusi (non tunai) terutama untuk pakan dan kendaraan angkut untuk evakuasi ternak; (5). Koordinasi dengan BNPB tentang kebutuhan kendaraan dan kandang, dan sudah dibuatkan RAB untuk 7 hari; (6). Identifikasi ternak lebih rinci dengan memperhatikan berat badan dan jantan/betina, untuk penjualan sapi diprioritaskan sapi jantan, adapun sapi betina hanya dijual untuk tetap dipelihara di Bali;  (7). Pendataan anjing di pengungsian diusahaan oleh petugas tagana dari Kemensos atau pendamping desa dari Kemendes, serta melalui PJ2 tempat pengungsian.

Contact Person:

Drh. Syamsul Ma'arif, M.Si (Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian).




Berita Lainnya