Status Gunung Agung Meningkat, Ini Upaya Kementan Selamatkan Ternak Warga


Jakarta (02/12/2017)-Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) telah menugaskan Tim dari pusat turun ke lokasi sejak ditetapkannya status awas Gunung Agung pada tanggal 23 September 2017 hingga turun menjadi siaga, dan kini meningkat lagi menjadi awas. “Tim Satgas tersebut dari mulai kita bentuk sampai saat ini masih terus bekerja di lapangan”, kata Dirjen PKH I Ketut Diarmita saat ditemui di Kantor Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan  di Ragunan Jakarta Selatan, hari Sabtu tanggal 02 Desember 2017. 

Lebih lanjut dijelaskan, Tim Satgas gabungan Pusat dan Daerah saat ini masih terus bersiaga di lapangan dengan koordinator langsung Dirjen PKH. “Tim satgas juga terus melakukan koordinasi dengan Komandan Posko Utama, Bupati Karangasem, Kepala BNPB, dan Perwakilan dari Dinas Kab. Seprovinsi Bali”, imbuhnya.

Menurut I Ketut Diarmita, berikut upaya yang telah dilakukan oleh Ditjen PKH Kementan untuk menyelamatkan ternak warga: Pertama, Membentuk Satgas PKH Antisipasi Erupsi Gunung Agung Bali melalui SK No. 9764 tahun 2017 tertanggal 29 September 2017. Tim Satgas terdiri dari Ditjen PKH (Pusat dan UPT), Dinas PKH Provinsi Bali, Dinas Kabupaten (6 Kabupaten) yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan. 

Kedua, Menyediakan tempat penampungan sementara untuk ternak pengungsi sebanyak 14 titik yang tersebar pada 5 kabupaten. Kabupaten tersebut, yaitu: 1). Kabupaten Klungkung 47 ekor; 2). Kabupaten Buleleng  1.244 ekor; 3). Kabupaten Karangasem: 1068 ekor; 4). Kabupaten Gianyar 133  ekor; dan 5)  Kabupaten Bangli 17 ekor. “Saat ini Tim Satgas juga masih melakukan verifikasi rencana tempat penampungan baru”, imbuhnya.

Ketiga, Menyediakan armada/truk untuk evakuasi ternak. Keempat, Melakukan evakuasi ternak dari status awas, yaitu tanggal 23 september 2017 sampai tanggal 1 Desember 2017 sebanyak 10.013  ekor (target 14.000 ekor sapi dari wilayah terdampak) dengan jenis dan Jumlah ternak yang sudah dievakuasi, yaitu: sapi  8.345 ekor, kambing 974 ekor, babi  694 ekor. Jumlah ternak yang masuk ke tempat penampungan mulai 26  November (pasca letusan) sampai  hari ini tanggal 1 Desember 2017 sejumlah 1.620  ekor, terdiri atas: sapi 1.427 ekor, babi  68 ekor dan  kambing 125 ekor. Sedangkan jumlah ternak yang masih di penampungan sebanyak 2.509 ekor dengan rincian: sapi 2.236 ekor, kambing 194 ekor, babi 79  ekor.
 
Ketiga, menyediakan bantuan pakan ternak dengan rincian: (1).  Pakan konsentrat sebanyak 229  ton (yang sudah didistribusikan sebanyak 52.6 ton dan stock di gudang sebanyak 176.4 ton; (2). Jerami sebanyak 15.750 kg (sudah didistribusikan); (3). Hijauan Pakan Ternak (Kinggres sebanyak 50,5 ton dan HPT lain seperti campuran jerami, rumput, batang pisang sebanyak 5 ton sudah didistribusikan); (4). Silase sebanyak 46.940 kg (sudah didistribusikan); (5). Pucuk tebu sebanyak 59 ton (sudah didistribusikan sebanyak 21,2 ton dan sisa digudang 37,8 ton).

Keempat, Memberikan pelayanan kesehatan hewan, pelayanan IB (Inseminasi Buatan dan Pemeriksaan Kebuntingan (PKb) pada ternak warga yang berada di lokasi penampungan. Kelima, Tetap mengaktifkan Hotline No: 081238632084 untuk layanan informasi penanganan evakuasi ternak dan kesehatan hewan yang bisa diakses 24 jam. 

“Sampai tanggal 2 Desember 2017 saat ini telah dilaporkan ada sekitar 2.550 sapi Bali di tempat penampungan”, kata I Ketut Diarmita menambahkan. 

Upaya  lain yang  telah dilakukan oleh Tim satgas PKH untuk  ternak –ternak yang belum dievakuasi yaitu: 1). Melakukan pendataan ternak di daerah KRB; 2) memberikan himbauan kepada masyarakat untuk mengungsikan dirinya dan ternaknya ke zona yang aman; 3). Melakukan koordinasi terhadap pihak desa mengenai tata cara pengungsian, 4). Bekerjasama dengan Babinsa dan relawan dari mahasiswa Fapet UNUD untuk menyebarkan pamflet ke lokasi penampungan maupun ke wilayah KRB yang masyarakatnya belum mengungsi; 5). Pemasangan pamplet di berbagai lokasi pengungsian dan daerah KRB sebanyak 1500 lembar.

I Ketut Diarmita menyampaikan, untuk selanjutnya secara kontinyu petugas akan melakukan monitor di lokasi penampungan dan melakukan pendataan kembali bagi ternak yang baru masuk. “Satgas PKH juga membuat liflet tentang bahaya pakan yang tercemar oleh abu vulkanik, serta memberikan edukasi kepada masyarakat untuk melakukan evakuasi ternak ke tempat penampungan yang telah disiapkan”, kata I Ketut Diarmita. 

“Selanjutnya, kita akan identifikasi kegiatan pertanian atau peternakan yang bisa dilakukan oleh peternak di tempat pengungsian karena kemungkinan erupsi akan berlangsung lama”, imbuhnya.

Contact Person:
Drh. Syamsul Ma'arif, M.Si (Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian).




Berita Lainnya