Swasembada Pangan Suatu Keharusan


Swasembada pangan menjadi program pembangunan pertanian yang strategis karena memiliki dampak luas. Ketersediaan pangan dalam  jumlah yang cukup, mutu bahan pangan yang baik, serta nilai gizi yang tinggi memiliki dampak luas pada perekonomian dan mutu sumber daya manusia. Beras sebagai bahan pangan utama  menjadi target utama pemerintahan untuk dapat mencapai swasembada. Untuk itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman telah membuat kebijakan Upaya Khusus Padi Jagung dan Kedelai (Upsus Pajale) untuk mencapainya. Hasilnya segera terlihat, swasembada beras tercapai sejak tiga tahun hingga kini meskipun dilanda iklim ekstrim baik El-Nino maupun La-Nina.

 

Kebijakan Mentan yang mulanya diragukan kini dirasakan benarnya. Bulan-bulan November sampai Februari periode 2016/2017 dan 2017/2018 yang biasanya dianggap musim paceklik kini tidak ada lagi.  Hal ini isa dilihat setidaknya dari tiga indikator yaitu stabilitas harga, terutama hari raya Natal  dan Tahun Baru, ketersediaan stok di Bulog, serta kegiatan panen padi pada periode tersebut yang terus berlangsung. Indikator tentang frekuensi dan penyebaran panen sampai hari ini dapat kita lihat masih terus berlangsung dimana-mana baik Jawa Tengah maupun Propinsi lainnya.

 

Kabupaten Semarang sering dikesankan sebagai daerah yang pertaniannya mulai surut karena perkembangan pemukiman, industri dan bangunan lain. Seringkali orang menganggap  Kabupaten Semarang mendatangkan bahan pangan dari daerah lainnya. Pandangan itu ternyata tidak benar ssama sekali. Pertanian di Kabupaten Semarang bukan hanya masih eksis, bahkan terlihat masih tangguh. Hal ini dibuktikan dengan hamparan sawah dan perkebunan bila kita melewati jalan raya dari Kota Semarang menuju Boyolali maupun Magelang. Hamparan sawah menghijau diselingi dengan padi menguning siap panen.

 

Hasil pantauan beberapa kecamatan seperti Kecamatan Jambu, Ambarawa. Banyubiru, Pabelan dan Tuntang petani panen dapat kita jumpai. Sebagai contoh petani Desa Brongkol, Kecamatan Jambu yang tergabung kelompok tani (Poktan) Makmur 1, Gapoktan Karya Makmur. Penghasilan dan lahan utama desa ini sebenarnya bukan hanya padi sawah, namun juga kebun durian dan kopi.  Kalau kita masuk ke desa ini, kita akan disambut dengan patung durian pada gapura masuk desa. Menurut Ketua Poktan Bapak Daryo, petani menanam padi varietas IR64, Ciherang, dan yang paling baru Inpari 32.

 

Inpari 32 memiliki produktivitas paling tinggi di desa ini yaitu 6-7 ton.  Hasil ini masih dapat ditingkatkan bila petani dapat menerapkan teknologi baru seperti Jajar Legowo Super. Inilah tugas penyuluh. Penyegaran penyuluh dengan teknologi baru sangat diperlukan. Karena itu, peran Badan Penyuluhan Daerah atau juga BPTP Balitbangtan Kementan Jateng sangat ditunggu.

 

Petani lain seperti Desa Pojoksari, Kecamatan Ambarawa yang saat ini masih menggunakan varietas unggul lama seperti mamberamo, inpari sidenok, beberapa waktu menerima bantuan  benih padi inpari 30 dari Balitbangtan Kementan. Penting sekali penyebaran beberapa varietas unggul baru (VUB) di beberapa daerah agar produktivitas padi dapat ditingkatkan.  Tentu saja, penggunaan VUB diikuti dengan penerapan teknologi budidaya terbaik seperti Jajar legowo Super akan sangat membantu peningkatan produktivitas lebih tinggi lagi.  Beberapa  daerah di Kabupaten Semarang juga masih menyenangi berbagai varietas unggul  lokal seperrti pandan wangi dan umbul. Dalam rangka peningkatan pendapatan petani, selain teknologi budidaya juga perlu diterapkan teknologi pasca panen. Tentu saja semuanya tidak berarti bila harga gabah tidak kondusif. Karena itu, petani tidak menginginkan adanya impor pada saat-saat ini karena kenyataannya stok terus terisi.

Impor bagi petani merupakan ancaman, karena jerih payahnya habis begitu saja ketiga harga jatuh. Dukungan dari Kementan dan berbagai fihak agar harga gabah kondusi sangat dibutuhkan.




Berita Lainnya