Optimis Produksi Beras 2018 , Kementan Pastikan Harga Beras Stabil


Kementerian Pertanian optimis harga beras di tahun 2018 akan stabil tanpa perlu impor hingga tahun depan, terlebih awal tahun 2019 sudah memasuki musim panen. Hal tersebut karena prediksi produksi beras yang surplus sebesar 13,03 juta ton. Perkiraan surplus tersebut dihitung dari target produksi beras 2018 sebesar 80 juta ton atau 46,5 juta ton setara beras, sementara perkiraan total konsumsi beras nasional hanya 33,47 juta ton. 

Target produksi beras sebesar 80 juta ton adalah angka yang realistis dan Kementan optimis bisa mencapai. Angka tersebut bisa diprediksi dengan melihat data trend produksi beras Badan Pusat Statistik (BPS) dalam sepuluh tahun terakhir yang terus meningkat. Produksi padi 2007 sebesar 57,15 juta ton, lalu meningkat menjadi 60,32 juta ton di tahun 2008. Tahun 2009 mencapai 64,39 juta ton, dan 2010 naik lagi menjadi 66,47 juta ton. 

Sejak tahun 2011 hingga 2017 trend kenaikan produksi beras juga terus mengalami kenaikan yakni  65,75 juta ton pada tahun 2011 dan 81,38 juta ton pada tahun 2017.  Capaian 2017 sebenarnya sudah melampaui target produksi beras yang ditetapkan yakni sebesar 79 juta ton, membuat pertumbuhan capaian dari tahun sebelumnya sebesar 2,56%. 

Peningkatan produksi selama 10 tahun khususnya beberapa tahun terakhir pemerintahan  Jokowi-JK ini merupakan hasil konsistensi program peningkatan produksi beras melalui bantuan benih, pendampingan, alat mesin pertanian, embung, dan jaminan harga untuk petani.

Dari sisi tingkat konsumsi beras, trend yang terjadi selalu mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk setiap tahun. Data BPS menunjukkan penduduk Indonesia tahun 2018 diproyeksikan mencapai 265 juta jiwa atau meningkat 12,8 juta jiwa dibanding jumlah penduduk tahun 2014 yang berjumlah 252,2 juta jiwa. Jika di rata-rata, jumlah penduduk bertambah 3,2 juta jiwa atau tumbuh 1,27 persen pertahun.

Dihitung dari tingkat konsumsi beras per kapita, data BPS menunjukkan penurunan. Tahun 2017 konsumsi beras adalah sebesar 114,6 kg per kapita per tahun, sementara tahun sebelumnya mencapai 124,89 kg per kapita per tahun. 

Kementerian Pertanian juga terus mendorong program penganekaragaman pangan dengan terus mendorong produksi dan konsumsi pangan lokal hingga pengolahannya. Badan Ketahanan Pangan Kementan fokus pada program ini.

Kementan Menjunjung Tinggi Prinsip Satu Peta Satu Data

Menanggapi plemik validitas data yang berulang dari tahun ke tahun, Kementerian Pertanian menegaskan bahwa data produksi yang digunakan merupakan hasil keputusan dalam rapat koordinasi dengan Badan Pusat Statistik (BPS) yang disebut data Angka Ramalan II. Artinya, Kementan menjunjung tinggi prinsip satu peta satu data dan tidak berwenang mengeluarkan data secara sepihak. 

Jadi, meski sejak 2015 BPS menyatakan tidak lagi merilis data produksi beras, BPS tetap lembaga yang sah mengeluarkan Angka Ramalan II berdasarkan hasil rapat koordinasi BPS-Kementan.

Berdasarkan data tersebut, surplus beras tahun 2017 terhitung 13,81 juta ton. Surplus tersebut dihitung dari jumlah produksi dikurangi angka total kebutuhan beras/konsumsi, yakni berdasarkan jumlah penduduk dikalikan tingkat konsumsi per kapita. Angka produksi 2017 padi 81,3 juta ton atau setara beras 47,29 juta ton, dan  pertumbuhan penduduk menjadi 261,89 juta jiwa dikalikan tingkat konsumsi 114,6 kg, maka total konsumsi beras mencapai 33,47 juta ton. Dari perhitungan tersebutlah angka surplus beras diperoleh.

Menanggapi soal impor beras, Kementan menegaskan Keputusan impor pada Februari 2018 lalu bukanlah keputusannya. Kementan sama sekali tidak mengeluarkan rekomendasi, karena dari perhitungan diatas stok beras dalam negeri terpenuhi. Surplus tersebut sebagian besar dikuasai masyarakat (petani, penggilingan, pedagang dan konsumen), dan sebagian kecil yang dikuasai oleh pemerintah (melalui Bulog). Mengacu ke hasil survei BPS (2015), beras tersebar di rumah tangga (47,57%), Bulog (19,30%), pedagang (18,32%), penggilingan (8,22%), dan Horeka (6,59%).

Keyakinan Kementan akan terjadinya surplus beras juga didukung kenyataan bahwa pada bulan Januari-Maret 2018, terjadi panen raya di berbagai daerah. Prediksi produksi gabah kering giling di Januari mencapai 4.060.653 ton GKG, lalu pada Februari mencapai 7.924.744 ton GKG, dan puncaknya pada Maret mencapai 11.565.173 ton GKG. Perhitungan produksi Jananuari dan Februari 2018 menggunakan perhitungan LP x produktivitas ASEM 2017. Sedangkan produksi Maret 2018 dihitung dari LT Desember 2017 x 96.54% x produktivitas ASEM 2017.




Berita Lainnya