Tingkatkan Nilai Tambah Kopi, Mentan Ingin Petani Berperan Aktif Dari Hulu Hingga Hilir


Tana Toraja (24/03/2018) - Komoditas perkebunan masih menjadi komoditas unggulan dalam penetrasi pertanian ke mancanegara. Selain kelapa sawit yang menjadi perhatian ekspor Indonesia ke mancanegara, ada komoditas perkebunan lain yang sudah memiliki identitas di mancanegara yakni kopi.

Nama berbagai jenis kopi Indonesia sudah sangat familiar di mancanegara diantaranya kopi robusta dan arabika. Tana Toraja, kabupaten yang berada di dataran tinggi Sulawesi Selatan ini begitu terkenal dengan kopinya yakni jenis kopi toraja atau lebih tepatnya arabika toraja. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang berkunjung ke Kabupaten Tana Toraja melihat ini sebagai potensi besar untuk meningkatkan perekonomian di wilayah tersebut melalui bidang pertanian, serta juga kakao.

Dalam pertemuan singkat dengan warga masyarakat Tana Toraja, Amran menegaskan komitmennya untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai wilayah kopi. "Kami ingin jadikan kabupaten ini (Tana Toraja dan Toraja Utara) kabupaten kopi", jelas Amran. Sebagi tindak lanjut, untuk wilayah Provinsi Sulawesi Selatan sendiri diberikan sekitar 4 juta batang bibit tanaman perkebunan atau tepatnya 4.033.850 batang bibit yang terdiri dari : (1) Kopi 1.680.000 batang, (2) Kakao 1.430.000 batang, (3) Lada 510.000 batang, (4) Pala 150.000 batang, (5) Cengkeh 175.000. Untuk kopi, Kabupaten Tana Toraja sendiri mendapatkan 500.000 bantang bibit. Sama juga seperti Kabupaten Toraja Utara.

Produksi benih bantuan komoditas ini dilaksanakan bertahap karena proses produksi benih ini menggunakan teknologi yang mampu menghasilkan tanaman dalam umur produksi lebih cepat melalui teknologi sambung pucuk seperti komoditas kakao. Untuk saat ini, rata-rata produktifitas tanaman kopi di Indonesia hanya mencapai kurang lebih 600 kg/ha/ton. Dukungan pemerintah terutama dalam hal bibit dan pendampingan diharapkan mampu mendongkrak produktifitas ke angka 3-4 ton/ha /tahun.

"Kita menjadikan kopi menjadi unggulan Tator bahkan dunia sudah mengenal kopi Tator. Kita dorong seterusnya", terang Amran.

Dalam lanjutan kunjungannya ke Tana Toraja, Menteri Amran sempat melakukan peninjauan serta penanaman bibit kopi di wilayah tersebut, tepatnya Kecamatan Gandang Batu Sillan. Dalam diskusinya dengan para petani setempat, Amran sempat dikagetkan dengan adanya petani yang mampu mengemas kopi yang siap jual. Sebelumnya selama ini tanaman kopi djual hanya dalam produk mentah saja.

Nurhidayah, seorang wanita anggota Kelompok Wanita Tani Bedallean, sudah menerapkan bisnis pengolahan kopi secara lebih profesional. Dirinya mampu mengemas kopi toraja ke dalam kemasan yang sudah siap jual. "Kami apresiasi Bupati Tana Toraja, ini luar biasa, ada home industry yang berada di tengah hutan Tana Toraja. Kami bangga dengan Bupati, PPL nya, petaninya", ujar Amran. Selain itu, Amran sempat mendeklarasikan brand kopi toraja yang nanti akan dipatenkan dengan nama "Kopi Jantan Toraja". "Oleh karena itu kami datang kesini karena ingin memberikan bantuan bibit kopi, kemudian kita mengajari dan mengedukasi mereka budidaya, kemudian juga processing-nya. Kami membayangkan nanti dari kelompok tani langsung supermarket bahkan langsung ekspor. Inilah harapan bapak Presiden", jelas Amran kepada awak media.

Pengembangan pertanian di Indonesia selalu memperhatikan peningkatan kesejahteraan petani. Yang ada di benak Menteri Amran saat ini tidak hanya bekerja keras, tetapi juga bekerja cerdas. Bagaimana menciptakan pengembangan pertanian di Indonesia berdasarkan keunggulan komparatif suatu wilayah dengan memperhatikan kesesuaian agroclimate-nya. "Added valuenya (kopi toraja) kalau dijual kiloan hanya 30 ribu tapi kalau dijual kemasan seperti ini harganya di tingkat petani 250 ribu. Insyaallah kami akan keluarkan SK khusus untuk penghasil kopi Indonesia", tuturnya kembali.




Berita Lainnya