Giatkan Ekspor, Kementan Kenalkan Produk Pangan Lokal ke Denmark


Kopenhagen - Kementerian Pertanian (Kementan) perkenalkan pangan lokal Indonesia ke Denmark. Indonesia dipercaya dapat semakin meningkatkan ekspor pertanian ke Denmark jika terus giat menghasilkan beragam pangan organik. Apalagi Indonesia sudah menargetkan untuk menjadi lumbung pangan dunia pada tahun 2045.

 
Demikian disampaikan Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi saat menghadiri undangan Duta Besar RI untuk Denmark di kantor Dubes RI di Kopenhagen, Denmark, Kamis (30/8). Agung sendiri mengunjungi Denmark untuk menghadiri World Food Summit (WFS) yang diselenggarakan pada 29 - 31 Agustus 2018. 
 
Dalam acara WFS tersebut, Agung menceritakan, pembahasan forum yang dihadiri oleh lebih dari 50 negara tersebut sudah mengarah ke food industry dan food healthy. Indonesia sendiri sudah berkomitmen mengembangkan food industry dan food healthy seraya meningkatkan produksi pangan. “Ini perlu dilakukan sehingga target Indonesia untuk menjadi World Food Basket(Lumbung Pangan Dunia .red) di tahun 2045 nanti bisa tercapai,” ujarnya. 
 
Sebagai bagian dari target lumbung pangan tersebut, Indonesia menargetkan tahun depan swasembada gula konsumsi, tahun 2020 fokus pada bawang putih dan kedelai, tahun 2024 gula industri, dan tahun 2026 daging sapi.
 
Dalam pertemuan tersebut, Duta Besar RI untuk Denmark, Muhammad Ibnu Said meminta produk-produk pangan yang sudah dihasilkan dapat dipajang di Kedubes sebagai upaya memperkenalkan produk pangan Indonesia ke Denmark. Agung merespon positif permintaan tersebut. “Saya kira ini bagus, nanti akan segera kami kirim produk pertanian dari Indonesia. Dan tentunya ini juga bisa membuka peluang pasar bagi produk pangan kita," tuturnya. 
 
Agung berharap, pertemuan dengan Kedutaan Besar RI untuk Denmark bisa dijadikan sebagai batu loncatan untuk mengenalkan pangan Indonesia ke Denmark, dan sekaligus meningkatkan peluang kerjasama pangan kedepan, termasuk untuk mempelajari sistem food processing Denmark yang sudah maju. Sebanyak 90 persen produk pangan Denmark saat ini sudah dalam bentuk olahan.
 
Dalam kesempatan tersebut, Ibnu Said menyampaikan bahwa untuk meningkatkan potensi agribisnis pangan nasional, Indonesia memang perlu berkembang dari _food production_ menuju food manufacture. Langkah ini perlu dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah produk pangan lokal. 
 
“Di Denmark pendapatan domestik sebagian besar dihasilkan dari service, hanya 1 persen dari sektor  pangan dan itupun fokus pada diary product dengan konsep pertanian organik,” ungap Ibnu.
 
Ibnu  menambahkan bahwa saat ini isu pangan sudah menjadi isu internasional. Karena itu, pengelolaan pangan nasional perlu mengacu pada Sustainable Development Goals (SDG). “Apapun program saat ini harus selaras dengan SDG dan dilakukan secara partnership," tegas Ibnu.



Berita Lainnya