Kementan Dorong Petani Milenial Masuki Pasar Ekspor


Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) meluncurkan program gerakan Ayo Galakan Ekspor Generasi Milenial Bangsa atau disingkat Agro Gemilang pada hari Selasa (15/1) di Sentul. 

 

"Agro Gemilang dimulai pada saat ini dan dilakukan serentak oleh Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian di seluruh Indonesia," kata Banun Harpini, Kepala Barantan saat memberikan arahan pada Rapat Kerja Nasional Tahun 2019.

 

Menurut Banun, program Agro Gemilang ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk menyiapkan generasi muda menghadapi era revolusi industri 4.0. Berbagai upaya dari seluruh unit kerja dijajaran pemerintahan termasuk Kementerian Pertanian melakukan persiapan bagi generasi yang akan memimpin Indonesia di tahun 2030 ini. Setelah gerakan pembangunan SDM petani milenial yang diluncurkan oleh Badan SDM Kementan, kini Agro Gemilang menjadi program Barantan untuk mempersiapkan dan mendorong para petani muda untuk memasuki pasar ekspor.

 

Program Agro Gemilang tersebut dengan tujuan gerakan peningkatan kemampuan pemuda tani berorientasi ekspor dalam pemenuhan persyaratan SPS dilakukan serentak diseluruh Indonesia. Dalam waktu dekat pada bulan Februari ditargetkan sebanyak 750 orang, terus berlanjut sampai dengan akhir target ditargetkan sebanyak 5.000 orang. Peserta masing-masing adalah para eksportir dan rumah kemas (packing house) komoditas pertanian, Kelompok tani, Pelaku tani, Asosiasi komoditas pertanian dan Mahasiswa Fakultas Pertanian.

 

Adapun fokus lokasi selama 1 bulan kedepan masing-masing pada produk hewan adalah komoditas sarang burung walet (sbw) di sentra peternakan walet dan produk tumbuhan berupa sayuran di Bandung, bunga potong di Garut, tanaman hias di Sukabumi, manggis di Subang, Tasikmalaya, Denpasar, dan Banyuwangi. Juga pendampingan bagi komoditas ekspor rempah dan kayumanis di provinsi Sumatera Barat serta kopi di Malang dan beberapa wilayah di propinsi Sumatera Utara. 

 

Dalam upaya akselerasi ekspor komoditas pertanian, Barantan berupaya meningkatkan peran serta seluruh stakeholder untuk berperan aktif dalam pemenuhan persyaratan ekspor negara mitra dagang.  "Pemuda tani adalah salah satu stakeholder strategis dalam perdagangan global. Dengan potensi yang dimiliki berupa penguasaan teknologi informasi, Barantan akan membekali dengan  pengetahuan ketentuan SPS sebagai instrumen dagang produk pertanian di manca negara," papar Banun.

 

Banun juga menjelaskan bahwa perdagangan internasional saat ini memacu antar negara untuk meningkatkan potensi nasional masing-masing dalam memenangkan persaingan global.  Salah satu regulasi dalam persaingan global yang digunakan sebagai non tarif barrier adalah Sanitary and Phytosanitary (SPS).  Persetujuan SPS merupakan persetujuan yang mengatur kebijakan yang terkait erat dengan perlindungan kesehatan makanan (food safety) hewan dan tumbuhan.

 

Berdasarkan data dari Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan, Barantan tercatat hasil kerja peningkatan ekspor pada tahun 2018 komoditas pertanian lewat perjanjian SPS diantaranya adalah Indonesia – Australia CEPA senilai 667,8 juta US$ untuk komoditas coklat, manggis, salak dan kopi, Indonesia – Chile CEPA senilai 143,8 juta US$ untuk komoditas CPO dan jagung, ASIAN Hongkong China FTA senilai 3 miliar US$ untuk komoditas tepung kelapa, mangga, sarang burung walet, madu, coklat, teh dan kopi, sedangkan Indonesia – EFTA CEPA senilai 1,2 muliar US$ untuk komoditas rempah-rempah, kakao, teh, kopi dan produk kayu.

 

Barantan berharap dengan gerakan  Agro Gemilang mampu memberikan kontribusi pada peningkatan capaian di tahun akhir 2019 dari total  ekpor komoditas pertanian senilai Rp. 499,37 triliun di tahun 2018.  Dengan talenta dan karakteristik generasi milenial, pendampingan Barantan bakal mampu meningkatkan daya saing di pasar global. "Potensi generasi muda dan resource yang ada di Indonesia ini merupakan suatu berkah yang harus kita syukuri dan kita maksimalkan," pungkas Banun.(*)





Berita Lainnya