Mentan Curiga Anomali Terjadi Akibat Ada Beras Timbunan


Lampung - Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, menegaskan adanya anomali pasar untuk komoditas beras yang sangat mencolok. Hal ini dilihat dari pasokan beras yang melimpah secara tiba-tiba di sentra-sentra beras di Indonesia. "Ada kenaikan rata-rata 100 persen pasokan beras di tujuh setra beras besar. Padahal Januari dan Februari terjadi panceklik, sebelumnya terjadi el-nino terkuat sepanjang sejarah, sedangkan kita baru saja panen. Apakah ada yang main di sini? Atau ada yang menimbun beras? Kita akan telusuri ini," ujar Mentan ketika berbincang bersama para awak media di hotel Seven, Bandar Lampung, Jumat (12/02).
Lonjakan pasokan beras terjadi antara lain di Pasar Induk Cipinang (DKI) pasokan Februari 52.383 ton dibandingkan periode sama tahun lalu 29.458 ton, Pasar Johar (Karawang, Jabar) 20.953 ton dibanding tahun lalu 11.783 ton, Pasar Tanah Tinggi (Tangerang, Banten) 22.525 ton dibanding tahun lalu 12.667 ton, Pasar Lamongan (Surabaya, Jatim) 23.572 ton tahun lalu 13.256 ton, Pasar Caringin (Bandung, Jabar) 28.811 ton tahun lalu 16.202 ton, Pasar Dargo (Semarang, Jateng) 26.192 ton tahun lalu 14.729 ton, dan Pasar Beringharjo (DIY) 11.650 ton dibanding tahun lalu 6.481 ton.
Dari data ini, Mentan mencurigai adanya mafia yang memainkan pasokan beras di dalam negeri. Hal ini membuat harga beras sempat melonjak tajam di awal tahun, khususnya beras medium yang sempat mencapai Rp 9.000/kg.
"Sudah ketahuan pemainnya yah itu-itu saja. Ini ada anomali tiba-tiba beras dalam jumlah besar masuk ke pasar induk Februari, padahal Februari ini biasanya paceklik, tiba-tiba ada suplai beras masuk dua kali lipat dari biasanya. Ini aneh," ujar Mentan.
Karena itu Kementan memperkuat kerjasama dengan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha untuk memberantas praktik mafia pangan ini. "Dua hari lalu kami sudah MoU dengan KPK dan KPPU, kita akan cari dan telusuri orang-orang yang mempermainkan harga ini," geram Mentan.
Mafia beras ini, lanjut Mentan, menggelontorkan beras mulai Februari karena khawatir harga beras akan jatuh saat panen raya yang dimulai di bulan Maret jika tetap melakukan penimbunan.
"Selama ini yang menyimpan beras dalam jumlah besar di gudang yakin bisa kendalikan harga. Tapi ternyata stok beras di Bulog masih besar, beras impor belum dipakai, kemudian ada panen raya. Maka mereka memutuskan lebih baik keluarkan sekarang daripada harganya makin hancur," papar Mentan.
Sebelumnya, Mentan telah melakukan inspeksi mendadak di Pasar Induk Cipinang, Senin 8 Februari 2016. Dalam sidak tersebut, didapati harga beras terendah sampai Rp 7.500/kg dari harga sebelumnya Rp 8.300/kg. Sedangkan untuk beras premium harga terendah mencapai Rp 8.600/kg dari sebelumnya Rp 9.000/kg.




Berita Lainnya