Mentan Ajak Bertani Cerdas dengan Tanam Padi Organik


Tasikmalaya – Di tengah upaya pemenuhan kebutuhan beras di dalam negeri, Menteri Pertanian, Amran Sulaiman menyatakan saat ini juga akan memfokuskan pada bisnis beras organik untuk diekspor. Hal ini disampaikan Mentan usai melepas ekspor beras organik yang dibudidayakan Gapoktan Simpatik ke Belgia di Desa Mekarwangi, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (1/9).

“Tanam padi organik membuat petani sejahtera, ini namanya bertani dengan cerdas,” ungkap Mentan saat berdialog dengan kelompok tani di wilayah tersebut.

Mentan mengupayakan peningkatan luas lahan menjadi 100 ribu ha se-Indonesia untuk ditanami padi dengan cara organik. Oleh karena itu, Mentan mengajak petani Indonesia untuk mulai melirik pertanian organik. Bertanam organik tidak beda dengan tanam padi biasanya dari tanam hingga panen. Yang membuat pertanian organik lebih mahal yaitu pengemasan produk (packaging).

Di Kabupaten Tasikmalaya, lahan yang telah ditanami padi organik seluas 15 ribu ha dan mampu mengekspor beras organik selama delapan tahun ke beberapa Negara seperti Malaysia, Singapura, Italia, Belgia, Belanda dan Amerika Serikat.

Peluang ekspor beras organik masih terbuka lebar. Terutama untuk negara-negara Eropa dan Amerika yang standar keamanan pangannya benar-benar terjaga. Setiap produk yang diekspor harus mengikuti standar, bahkan produknya harus benar-benar mempunyai sertifikasi internasional.  Selain itu, tiap tahun produk tersebut harus dilakukan pemerikasaan mutu.

Keuntungan yang bakal didapat dengan ekspor beras, selain menambah devisa negara juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Sebab, harga beras organik lebih tinggi dibandingkan beras non-organik. Harga beras organik di Eropa diperkirakan mencapai 5-6 Euro atau sekitar Rp 90 ribu/kg. Harga pembelian gabah organik di tingkat petani Rp 14.000,- per kg gabag kering giling (GKG), ditingkat pengempul Rp.18.000,- dan harga ditingkat pasar dapat mencapai Rp. 20.000,- sd Rp. 25.000,- per kg.




Berita Lainnya