Hadapi Tantangan Pangan Global, Lulusan STTP Bogor Didorong Jadi Pengusaha


Bogor - Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian (STPP) Bogor mewisuda 42 sarjana sains terapan ke-14 tahun 2017. Wjsuda berlangsung di Aula STTP Cibalagung, Bogor, Rabu (23/8).

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dalam sambutannya meminta Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) berperan sebagai motor penggerak sektor pertanian di Indonesia.

STPP diminta bisa menghasilkan penyuluh pertanian yang tangguh dan berjiwa agribisnis untuk mensukseskan visi Indonesia menjadi lumbung pangan dunia pada tahun 2045.

"Kita ini negeri yang kaya, yakni negeri agraris. Masa depan pembangunan negeri ada di STPP. Kami ingin menemukan putra-putri terbaik dari STPP. Penyuluh pertanian adalah motor penggerak suksesnya pembangunan pertanian Indonesia menjadi lumbung pangan dunia," ujar Mentan Amran. 

Terkait hal ini, Mentan Amran juga meminta STPP kedepan membuka jalur penerimaan mahasiswa dengan mengambil lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ada di desa. Menurutnya, mahasiswa dari desa atau anak petani memiliki ketangguhan tersendiri.

"Anak-anak dari desa itu sangat kuat dan tangguh. Mereka sangat tepat menjadi penyuluh pertanian. Ke depan, prioritaskan perekrutan mahasiswa dari desa atau anak petani," ujarnya.

Mentan menambahkan, untuk mencetak mahasiswa atau penyuluh yang berjiwa agribisnis, STPP seluruh Indonesia diminta menjalin kerja sama dengan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) agar para penyuluh memiliki jiwa pengusaha terkait pertanian.

"Penyuluh kita dorong menjadi pengusaha. Tapi tetap di koridor pertanian. Mereka bisa membantu dalam hal penyerapan gabah untuk Bulog dan lain-lain. Atau mengelola lahan tidur. Kementan akan menggelontorkan bantuan berupa benih dan alat mesin pertanian," papar Amran.

Menurutnya, setiap STPP bisa kelola lahan BUMN sepeti Perhutani minimal 1.000 hektar. "Dengan cara ini, kita bisa ciptakan mahasiswa yang nantinya menjadi pelaku agribisnis sukses, tidak semata-mata ingin menjadi penyuluh Pegawai Negeri Sipil," tambahnya.

Sementara itu Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Hari Priyono dalam sambutannya mengatakan, tantangan dunia global saat ini dihadapkan pada masalah krusial yaitu pangan dan energi, aktivitas ekonomi membutuhkan energi yang besar di antara keterbatasan energi. 

"Bagi kita di kalangan pertanian ini adalah tantangan terbesar untuk lebih berperan. Sesungguhnya kita harus bangga, menjadi penyuluh pertanian, menjadi penyuluh bukan kesalahan tetapi sebuah keputusan tepat karena ada kesempatan dan tantangan yang terbuka dalam membangun pertanian, walaupun terjadi krisis ekonomi," ujar Hari. 

Haru menjelaskan, sektor pertanian tidak pernah mengalami pertumbuhan negatif. "Ini dapat dilihat dari produksi sawit Indonesia bisa nomor satu dunia. Kakao dan karet yang merupakan andalan sektor ekonomi Indonesia yang berkontribusi dalam pembangunan nasional," kata Hari
 

Lebih lanjut Hari menambahkan, teknologi tidak akan diadop oleh petani jika tidak ada penyuluh.
Untuk itu peranan penyuluh sangat penting, sehingga stigma penyuluh maupun petani sebagai profesi gurem adalah salah besar karena saat ini semua konglomerat justru memiliki usaha dibidang pertanian.

"Saya akan usulkan kepada pimpinan SKPD di daerah bahwa saudara-saudara diberi tantangan membuat program pengembangan pertanian 2018 di daerah masing-masing. Ini bukti saudara mampu merencanakan sebuah program sesuai kemampuan teknis yang sudah dipelajari selama di STPP, "ungkap Hari.

Ketua STPP Bogor Nazaruddin menyampaikan, saat ini lulusan yang diwisuda adalah berasal dari instansi pemerintah atau PNS, mulai tahun 2018 akan dihasilkan lulusan penyuluh yang tidak hanya dari kalangan Instansi pemerintah, tetapi juga non pemerintah. 

"Ini sejalan dengan transformasi kelembagaan STPP yang akan menjadi Politeknik Pertanian dengan 3 program studi yaitu, Agribisnis Hortikultura, Mekanisasi Pertanian dan Paramedik Veteriner," papar Nazaruddin. 

Total wisudawan penyuluh pertanian yang dihasilkan STPP tahun 2017 sekitar 300 penyuluh. 42 penyuluh program diploma IV yang lulus dengan predikat Cum Laude terdiri dari 24 orang dari program studi penyuluh pertanian dan 18 orang program studi penyuluh peternakan merupakan PNS yang mendapat tugas belajar dari provinsi Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, Lampung, Kepri, Banten, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur Tengah, Papua, dan Maluku Utara.




Berita Lainnya