Teknologi Pertanian Litbang Kementan Adaptif Perubahan Iklim Global


Bali - Sejumlah 58 peneliti dunia hadir dalam pertemuan tahunan terkait perubahan iklim, "the 9th Global Research Alliance on Agricultural Greenhouse Gases" (GRA) di Bali 6-7 Oktober 2019, dengan topik utama membahas dan mengevaluasi kemajuan kegiatan GRA dan memperoleh masukan untuk perbaikan tujuan strategis dan cara mewujudkannya. 

 
Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Dr. Husnain, mengatakan bahwa semangat pertemuan kali ini adalah membuka peluang riset terkait teknologi yang adaptif terhadap perubahan iklim, mengingat selama ini negara maju lebih menekankan hanya pada mitigasi dampak perubahan iklim. Sebagai negara berkembang dan berkontribusi terhadap penyediaan pangan dunia, Indonesia dirasa perlu berbagi pengalaman adaptasi teknologi. 
 
"Indonesia menawarkan paket-paket teknologi terhadap perubahan iklim tersebut. Kita sudah berbuat banyak hal soal antisipasi perubahan iklim global", jelas Husnain.
 
Menurut Husnain, Kementerian Pertanian sejak lama telah berinovasi, melalui varietas benih/benih adaptif yang tahan terhadap perubahan iklim, tahan kekeringan, konsep smart agriculture, pengelolaan air yang efisien, dan penggunaan pupuk. Bahkan mekanisasi pertanian diterapkan sebagai upaya membuka lahan pertanian, dan mencegah pembakaran lahan baru. "Dampaknya tentu akan sangat besar terhadap atmosfer, dan kita dorong agar terus digunakan untuk mencegah perubahan iklim yang ekstrem", tutur Husnain. 
 
Sekedar diketahui, kegiatan GRA ini melaksanakan empat grup riset, yaitu: Paddy Rice, Livestock, Cropland, dan Integrative. Setiap grup riset melaksanakan pertemuan rutin guna mengevaluasi kemajuan kegiatan yang sedang dilaksanakan dan juga membahas isu-isu terkini. Selanjutnya, pertemuan akan dirangkaikan dengan the 5th Global Science Conference on Climate Smart Agriculture di Jimbaran, Bali pada 8-11 Oktober.



Berita Lainnya