Riset dan Inovasi Jadi Salah Satu Program Strategis Kementan 2021


Jakarta - Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo memaparkan program untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan reformasi sosial di tahun 2021. Hal tersebut disampaikan dalam Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR RI pada Senin (25/01/2021) di Gedung DPR RI, Jakarta. Salah satu dari program strategis Kementerian Pertanian (Kementan) adalah program riset dan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
 
Program riset masuk ke dalam lima Program Kerja Kementerian Pertanian 2021. Adapun program lainnya antara lain: Program Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas; Program Nilai Tambah dan Daya Saing Industri;  Program Pendidikan dan Pelatihan Vokasi; dan Program Dukungan Manajemen.
 
“Dengan berpatokan pada lima program tersebut dan memperhatikan adanya refocusing dan realokasi belanja APBN Kementerian Pertanian tahun 2021, Kementerian Pertanian tetap harus menjalankan tugas utama menyediakan pangan bagi seluruh penduduk,” ungkap Syahrul.
 
Syahrul lebih lanjut menjelaskan mengenai dua pendekatan pelaksanaan kegiatan Kementan. Pendekatan dikategorikan menjadi kegiatan utama dan kegiatan pendukung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) bertanggung jawab mendukung kegiatan utama melalui penguatan riset dan inovasi teknologi pertanian. Seperti akselerasi pemanfaatan teknologi inovasi pertanian melalui penguatan kapasitas riset di daerah, penelitian/perakitan/pemurnian varietas tanaman dan galur ternak unggul, dan hilirisasi inovasi.
 
“Dalam melaksanakan program dan kegiatan tahun 2021, kegiatan Kementerian Pertanian adalah tetap fokus penyediaan pangan bagi penduduk Indonesia dan diikuti peningkatan daya saing pertanian agar dapat mengisi pasar ekspor,” ucap Syahrul.
 
Komisi IV DPR RI juga turut berkomentar soal riset dan inovasi pertanian. Slamet Ariyadi dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) mendukung pengembangan riset di bidang pertanian dengan menggandeng institusi perguruan tinggi.
 
“Tentunya harapan besar bagaimana adanya institusi pemerintah mampu menggandeng lembaga pendidikan untuk bisa ikut andil di dalam memajukan pertanian,” ucap Slamet Ariyadi.
 
Begitu juga dengan peluang riset untuk menjawab isu-isu aktual seperti impor daging sapi. Endang S. Thohari dari Fraksi Gerindra mengatakan penelitian bisa dilakukan untuk meningkatkan produksi sapi lokal.
 
“Kami meminta Pak Menteri dan jajarannya untuk meningkatkan produksi sapi lokal. Pengembangan breeding sapi potong dan penggemukan sapi potong sekaligus mengurangi ketergantungan impor dan ini sebenarnya sudah dilakukan oleh Balai Penelitian Peternakan yang ada di Ciawi,” ungkapnya.
 
Seperti diketahui, jajaran Kementerian Pertanian mengikuti Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR RI. Menteri Syahrul Yasin menjabarkan beberapa agenda mulai dari pembahasan realisasi kegiatan Kementan 2020, refocusing dan realokasi belanja Kementan 2021, strategi pelaksanaan kegiatan 2021, dan pembahasan isu-isu lainnya.
 
Dalam Rapat Kerja, Mentan menjelaskan refocusing dan realokasi belanja Kementerian Pertanian 2021 yang sebelumnya dianggarkan Rp21,84 triliun berubah menjadi Rp15,51 triliun. Hal ini dilandaskan pada Surat Menteri Keuangan No. S30/MK.02/2021 tanggal 12 Januari 2021. Sehingga Kementerian Pertanian melakukan penghematan belanja APBN 2021 sebesar Rp6,33 triliun dan menyesuaikan program dengan memperhitungkan ketersediaan anggaran yang ada.
 
Sementara, Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry menambahkan bahwa Badan Litbang diminta menyiapkan benih/bibit galur terbaik. "Begitu pula dengan dukungan beberapa inovasi yang kita miliki termasuk hilirisasi untuk menambah nilai tambah maupun pemanfaatan alat mesin pertanian." lanjutnya.
 
Lebih lanjut Fadjry mengatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan berbagai inovasi teknologi serta rekomendasi hasil kajian guna mendukung program Kementerian Pertanian. “Seperti yang telah kita lakukan di area Food Estate, kami mengaplikasikan teknologi RAISA atau Rawa Intensif, Super dan Aktual. Teknologi ini mampu meningkatkan produktivitas padi menjadi 5-6 ton per ha, dari sebelumnya 2-4 ton per ha.” ungkapnya.
 
Paket teknologi RAISA meliputi penggunaan varietas unggul baru spesifik lahan rawa, pengelolaan/tata air mikro dan pemanfaatan pembenah tanah. Kemudian pemupukan spesifik berdasarkan Perangkat Uji Tanah Rawa (PUTR), pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, serta mekanisasi pertanian.



Berita Lainnya