Peluncuran Program Senator Peduli Pangan Di NTT, Wakil Ketua DPD Apresiasi Kinerja Mentan Amran
Rabu, 1 Oktober 2025 09:30:48 SZ
KUPANG - Wakil Ketua DPD RI, Gusti Kanjeng Ratu Hemas mengapresiasi kinerja Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman yang berupaya menghadirkan produksi jagung dari kawasan Indonesia Timur. Ia mengatakan, langkah ini merupakan langkah tepat mengingat NTT adalah salah satu sentra jagung nasional yang memberi dampak nyata terhadap kesejahteraan masyarakat. Oleh karenanya, kata Gusti, DPD mendukung penuh berbagai program yang berjalan saat ini.
“DPD RI berkewajiban mendukung, mengawal, dan memastikan program ini terlaksana tepat sasaran, tepat lokasi, tepat hasil, serta memberi dampak nyata bagi rakyat,” ujar Gusti pada tanam jagung serentak program senator peduli pangan yang digelar di Kupang, NTT, Sabtu (27/05/2025).
Menurut Gusti, sektor pertanian menjadi kekuatan utama bagi bangsa Indonesia dalam mewujudkan swasembada dan juga lumbung pangan dunia. Lebih dari itu, pertanian juga dapat disebut sebagai pertahanan negara terutama disaat krisis dunia berlangsung dimana-mana.
“Kekuatan bangsa bukan hanya ditentukan oleh teknologi dan energi, tetapi juga kemampuan mengamankan pangan. Negara yang terlalu bergantung pada impor pangan akan rentan secara politik dan ekonomi. Karena itu, ketahanan pangan adalah bagian integral dari pertahanan negara,” katanya.
Gusti mengatakan senator RI akan meningkatkan fokus kerjanya pada pengembangan komoditas jagung sebagai bagian dari gerakan ekonomi rakyat.
“Dan kami hadir disini untuk memperkuat program pemerintah dalam mendorong kesejahteraan masyarakat di NTT sebagai daerah penghasil jagung dan padi sehingga program ketahanan pangan yang dicanangkan Presiden Prabowo dapat berjalan dengan baik. Di NTT, jagung adalah makanan pokok masyarakat. Karena itu, kami hadir langsung di lapangan untuk memastikan petani mendapatkan dorongan semangat sekaligus perhatian pemerintah pusat,” katanya.
Sementara itu, Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena menyebut penanaman bibit jagung merupakan simbol kebangkitan NTT dari stigma daerah rawan pangan. Ia menegaskan bahwa dengan strategi yang tepat, pemanfaatan teknologi, serta dukungan pemerintah pusat, NTT mampu menjadi salah satu lumbung pangan nasional.
“Jagung jangan hanya dijual mentah, tetapi harus diolah menjadi produk bernilai tambah seperti pakan ternak, tepung, atau olahan pangan lainnya. Kita juga akan memperkuat koperasi desa agar petani memiliki akses pasar dan dapat meningkatkan kesejahteraan,” katanya.
Plt Direktur Jenderal Lahan dan Irigasi Pertanian (Dirjen LIP) Kementan, Hermanto yang turut hadir dalam tanam serentak tersebut mengatakan bahwa Kementan akan terus mengawal dan berkolaborasi serta bersinergi bersama DPD RI, pemerintah daerah dan stakholder lainnya dalam upaya meningkatkan produksi pangan di Provinsi NTT, terutama pada komoditas jagung. Saat ini, NTT memiliki luas panen jagung pada tahun 2025 sekitar 112.137 dengan produksi jagung Pipilan Kering KA 14% mencapai 291.886 ton atau rata-rata produktivitas berkisar 2,6-3 ton per hektare. Produktivitas ini masih dapat ditingkatkan menjadi 7-8 ton per hektar dengan penerapan teknologi budidaya yang lebih optimal,
“Kami menargetkan tahun ini sekitar 500 hektare lahan di 10 kabupaten NTT dapat ditanami jagung sebagai gerakan awal, yang akan terus di perluas dan dikembangkan. Selain itu, ada pula program optimalisasi lahan untuk padi seluas 28 ribu hektare, bantuan benih jagung dan padi, pupuk subsidi, dan alat dan mesin pertanian. Hal ini dilakukan sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan percepatan pencapaian swasembada pangan,” jelasnya.
Di lokasi terpisah, Menterti Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa Kementan terus memperkuat langkah strategis untuk mempercepat swasembada pangan sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto. Dirinya menjelaskan target swasembada pangan yang semula diproyeksikan empat tahun oleh Presiden Prabowo kini dipercepat menjadi tiga tahun, bahkan saat ini ditargetkan tercapai dalam satu tahun.
“Kami tidak boleh menyerah. Justru dalam tekanan itulah lahir keberhasilan. Hari ini Indonesia tidak lagi impor beras, jagung, maupun komoditas utama lainnya. Stok pangan kita bahkan tertinggi sepanjang sejarah,” pungkas Mentan Amran.