Era industri 4.0 tentunya tidak bisa terhindarkan lagi. Untuk itu diperlukan kesiapan sumberdaya manusia yang dituntut dapat mengelola dan menghadapi disrupsi teknologi ini. Bagaimana penyuluh menghadapai era tersebut?
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Prof Dedi Nursyamsi mengakui, inovasi teknologi bersama sumberdaya manusia dan infrastruktur menjadi pengungkit yang besar dari efisiensi dan daya saing sektor pertanian.
“Inovasi teknologi tersebut dapat diimplementasikan di lapangan, sehingga diperlukan SDM yang handal, profesional dan berdaya saing terhadap teknologi. Disitulah tugas penyuluh,” tegasnya.
Karena itu, penyuluh harus meningkatkan kemampuan diri (upgrade) dari kemampuan dalam Informasi Teknologi (IT) dan penyerapan teknologinya. Jadi mau tidak mau atau suka tidak suka, penyuluh harus masuk ke era 4.0 yang kini sudah menghasilkan teknologi yang lebih efisien dan produktivitas tinggi. “Contohnya traktor, sekarang sudah menggunakan internet,” ujar Dedi.
Sementara itu Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian, BPPSDMP, Leli Nuryati menuturkan, dengan penyuluh yang semakin berpikir agribisnis dan mampu meningkatkan diri dalam penyerapan teknologi IT, akan semakin banyak kelompok tani (Poktan) yang meningkat kapasitasnya menjadi korporasi petani, bahkan Badan Usaha Milik Petani (BUMP).
“Nantinya, buruh tani akan menjadi tenaga kerja tani yang profesional dan poktan-poktan akan menjadi pengusaha bahkan terdaftar menjadi produk UMKM,” tuturnya. Karena itu lanjut Leli, cyber extention (Cybex) akan semakin ditingkatkan fungsinya untuk penyebaran materi penyuluhan dan teknologi. “Saya meyakini jika setiap penyuluh sudah terkoneksi dengan internet, materi penyuluhan akan melalui cyber extention, termasuk penggunaan simluhtan,” katanya.
Guru Besar Ilmu Penyuluhan IPB, Prof Sumardjo mengatakan, agar pertanian bisa menang di era 4.0, kuncinya adalah sumberdaya manusia yaitu petani dan penyuluh. Sebagai ujung tombak dari pembangunan pertanian, penyuluh menjadi tumpuan harapan pertanian yang harus bisa menguasai teknologi dan paham sistem agribisnis yaitu apa yang dibutuhkan pasar dan menjadi titik tolak bagaimana mengembangkan materi penyuluhan untuk mendampingi petani.
“Sehingga apa yang dibutuhkan petani (materi penyuluhan) adalah produk yang dibutuhkan pasar. Kalau itu sudah terjadi, maka tinggal bagaimana meningkatkan daya saingnya yaitu efisien, efektif dan bermutu sesuai kebutuhan pasar,” katanya.
Utamanya, informasi dengan memanfaatkan komunikasi digital yaitu dengan mengemas pesan materi penyuluhan. Karena itu, penyuluh harus menguasai akses komunikasi digital dan mengembangkannya kepada petani secara verbal serta visual.
Menurutnya, Sistem Penyuluhan Pertanian melalui cyber extension harus mampu mengintegrasikan media komunikasi digital dan media elektronik (televisi dan radio) serta media komunikasi konvensional non digital melalui penguatan fungsi forum-forum media (media forum). **