Stok Berlimpah Hingga Dua Kali Lipat di Pasar, Mentan Pastikan MampuMemenuhi Kebutuhan Beras Masyarakat


Cipinang (10/10) - Kondisi pengelolaan perberasan di Indonesia saat ini dapat dikatakan mampu memberikan kenyamanan bagi segenap pihak. Mulai dari hulu sampai hilir, pemerintah telah berusaha memperbaiki sistem, manajemen, serta sarana dan prasarana pendukung yang mampu memberikan kemajuan positif bagi industri perberasan.

Dari sisi produksi, pemerintah melalui Kementerian Pertanian menjamin bahwa bangsa Indonesia tidak lagi mengenal paceklik beras yang biasanya terjadi di akhir hinggal awal tahun. Manajemen pola tanam menjadi kunci keberhasilan ini. Selain itu pemberian bantuan sarana dan prasarana pendukung yang tepat sasaran seperti pompa, pembuatan dan perbaikan aluran irigasi, serta pembuatan embung membuat penanaman padi tidak bergantung pada musim penghujan. Kebiasaan pola tanam yang telah berlangsung puluhan tahun dimana pada bulan Juli – September luas area penanaman padi yang menurun drastis hingga membuat menipisnya stok beras di akhir tahun kini telah ditinggalkan. Kondisi saat ini Kementerian Pertanian memonitor agar luasan tanam pada bulan-bulan tersebut menembus 1 juta hektare perbulan yang kebiasaan sebelum-sebelumnya hanya 500 ribu hektare.

“Kementerian Pertanian merubah strategi, sudah 2 tahun berturut-turut tidak ada gejolak harga khususnya beras, mengolah tiap hari, tanam tiap hari, panen tiap hari karena kita sudah memperbaiki irigasi atas perintah Bapak Presiden (sudah) 3 juta hektare”, ujar Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat melakukan kunjungan bersama Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaeful hidayat dalam rangka Operasi Pasar di Pasar Induk Beras Cipinang. “Dulu Juli Agustus September ini tanamnya kecil, 500 ribu hektare, kami rubah ini (jadi) tanam 1 juta hektare, bangun embung kemudian sungai-sungai kita pompanisasi seperti cimanuk bengawan solo, kemudian embung kita siapkan 30 ribu, Alhamdulillah tanaman Juli Agustus September sudah 2 tahun berturut-turut rata-rata 1 juta hektare, disini kita hapus paceklik dengan catatan tanam 2 kali lipat (dari kebiasaan tanam) pada saat musim kering”, sambungnya.

Perlu diketahui kebutuhan beras nasional sekitar 2,6 juta ton per bulan, dengan pola tanam yang hanya 500 ribu hektare dan rata-rata produktivitas 6 ton per hektar (GKG), dengan kondisi seperti itu Indonesia hanya mampu menghasilkan 1,5 juta ton beras (50% penyusutan gabah ke beras) sehingga defisit sekitar 1,1 juta ton. Dengan skema pola tanam baru 1 juta hektare per bulan defisit ini mampu dihilangkan bahkan menurut kalkulasi mampu surplus.

Sebagai barometer ketersediaan stok beras nasional, stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang terus di monitor setiap harinya. Stok saat ini di cipinang 53 ribu ton dimana stok pada periode yang sama di tahun 2013 dan 2014 berkisar 20 – 25 ribu ton atau melonjak dua kali lipat. Hal yang senada juga disampaikan oleh Direktur Utama Food Station Tjipinang Arif Prasetyo bahwa kondisi stok beras di cipinang jauh di atas aman. “Saat ini stok Pasar Induk Beras Cipinang dalam kondisi yang sangat baik, saat ini (stok) diatas 53 ribu ton, ini artinya kita sama-sama sudah bisa menjaga stok minimum, stok minimum di pasar induk cipinang itu batas aman 30 ribu ton”, jelas Arif. Gubernur DKI Jakarta yang turut hadir memiliki persepsi dan komitmen yang sama dalam mengawal pengendalian stok pangan dan harga. Pemerintah DKI juga fokus untuk mengamankan stok pangan. “Kita ingin meletakkan dasar-dasar pengendalian harga di Jakarta, dasar-dasar menjamin stok pangan, makanya kita fokus untuk mengamankan stok pangan dan ada satgas pangan dan kemarin berkat bantuan semuanya kita dapat mengendalikan inflasi di Jakarta menjelang lebaran kemarin termasuk yang terendah di dalam sejarah menjelang lebaran” ujar Djarot

Di tempat yang sama, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan terus melakukan pengawawaan terhadap kebijakan penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras. “Saya minta agar aparat satgas pangan memakai seragam saat mengawal penerapan HET beras ini”, ungkap Enggar. Selain itu, duet Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan dalam mengawal stok dan harga terbilang sukses, sinergi kedanya terjalin dengan baik.

“Ada duet maut, pertanian dan perdagangan, memang benar kita saling mengisi, kami berkomunikasi lebih dari makan sehari lebih dari 3 kali, hari ini sudah 5 kali, beliau mengecek mengenai harga, terus-terusan, saya juga mengecek mengenai stok mengenai produksi, dengan komunikasi yang terjalin seperti ini, kita bisa tahu kebijakan yang kita tempuh dan selalu kita berkomunikasi mengenai berbagai hal”, jelas Enggar. “Penentuan HET merupakan proses panjang yang melibatkan pedagang yang didasari oleh kepentingan nasional dan rasa nasionalisme. HET yang ditetapkan oleh pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat, jadi kalau tidak ditetapkan HET maka bulan lalu beras sudah dijadikan ajang spekulasi dan ini langsung harga naik ke atas, inflasi meningkat, daya beli mayarakat menurun”, lanjut Enggar.

Pengendalian stok beras nasional yang maksimal dengan skema penanaman padi yang berkelanjutan berperan besar dalam menjaga harga beras tetap stabil dan kebijakan HET dapat berjalan maksimal. Hukum di dalam pasar pun tidak terganggu, dengan kebutuhan masyarakat yang mampu dipenuhi dari produksi yang ada, harga menjadi stabil dan mudah dikendalikan. Selain itu pengawasan dari Kementerian dan Lembaga yang terlibat serta terumata Satgas Pangan mampu meminimalisir kecurang-kecurangan yang terjadi. Dalam Operasi Pasar Kali ini juga turut Hadir Dirut Bulog Djarot Kusumayakti dan Wakil Ketua Satgas Pangan, Brigjen Pol. Agung Setya.




Berita Lainnya