Generasi Muda Harus Didorong Masuk Sektor Pertanian


Lembang - Penyuluh dan Sumber Daya Manusia (SDM) pertanian merupakan ujung tombak dalam memajukan pertanian. Oleh karena itu diperlukanya generasi muda sebagai penerus pembangunan pertanian di masa yang akan datang. 

Kurangnya minat generasi muda dalam pertanian disebabkan karena dunia pertanian yang katanya identik dengan dunia kotor, kumuh, miskin, dan komunitas yang terpinggirkan, serta dianggap tidak menjanjikan.

Padahal sektor pertanian berpengaruh besar dalam menunjang ketahanan pangan, stabilitas nasional, serta penghasil devisa negara. Oleh karena itu,  Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, memiliki tujuan untuk menumbuhkan minat, pengetahuan, dan kepedulian generasi muda terhadap dunia pertanian. 

"Bawa mereka ke kebun buah, kebun bunga, sayur sayuran, pasti mereka tertarik. Katakan juga kepada mereka bahwa betapa menguntungkan kalau kita geluti pertanian secara modern. Keuntungannya sangat tinggi. Dari situ kita bisa berharap mereka mencintai pertanian. Jangan bawa mereka ke kandang sapi yang kotor, tapi tunjukkan kepada mereka hasil dari pertanian. Tunjukkan kepada mereka bahwa pertanian itu bukan kotor," ujar Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, Ir. Bandel Hartopo, M.Sc pada acara Lokakarya Dukungan Perbenihan dan Perbibitan Dalam Pembangunan Pertanian, Kontribusi Insan Media Dalam Sosialisasi, di BPPT Lembang, Jumat (13/10).

Lokakarya dilaksanakan dari tanggal 12-14 Oktober 2017, digelar MPPI (Masyarakat Perbibitan dan Perbenihan Indonesia) menggandeng Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) dan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian.

Dikatakan Bandel, sebagai agro edutainment, BBPP Lembang wajib mengajari dan menularkan teknologi pertanian kepada generasi muda dalam menumbuhkan kecintaan kaum muda terhadap sektor pertanian.

"BBPP Lembang merupakan balai pelatihan terbaik di Indonesia. Oleh karena itu, cukup mudah untuk meyakinkan generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian," katanya.

Lebih lanjut Bandel mengatakan dalam lembaga riset dan teknologinya tersebut, pihaknya tidak hanya mengandalkan teori saja, namun juga langsung praktik ke lapangan dan menerapkan sistem modern. Sehingga akan menarik generasi muda tuk mau belajar. 

Dengan demikian di akui Bandel, setiap tahunnya pasti ada mahasiswa dan siswa/i sma magang di tempat tersebut.

Apalagi lanjutnya, pada tahun 2015, BBPP Lembang mendapat bantuan dari Taiwan Economic and Trade Office (TETO) berupa sarana praktek untuk pelatihan konvensional dan modern. “Tujuan utama adanya kerjasama itu untuk berbagi pengalaman serta memajukan pengetahuan petani,” katanya.

Green House tersebut digunakan untuk meningkatkan penjualan dan mengurangi impor, terutama untuk daerah Lembang. Karena, BBPP Lembang memiliki tanggung jawab yang besar untuk meningkatkan ekonomi hingga pengetahuan petani. 

"Saat ini ada lima komoditas sayuran utama ditanam di smart screen house, yaitu kubis, tomat, brokoli, kentang, dan paprika," jelasnya.

Sayuran yang telah dipanen, lalu diproses di packing house. Hal itu memiliki daya tarik untuk menjual sayuran ke masyarakat, baik dalam bentuk sayuran segar maupun olahan. Petani-petani mitra BBPP Lembang memasarkan hasil sayurannya ke supermarket dan pasar induk di Jakarta dan Bandung.

"Perlu adanya upaya untuk meningkatkan produksi pertanian demi ketahanan pangan. Akses pasar terbuka menjadi tantangan dan peluang," ujar Bandel.




Berita Lainnya