Antisipasi Serangan, Kementan Kembangkan Pestlist OPT Porang


Karawang,- Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah komando Mentan Syahrul Yasin Limpo saat ini memang menggenjot pengembangan porang sebagai komoditas ekspor. Di pasar ekspor, porang banyak dicari sebagai bahan makanan dan industri obat juga kecantikan sehingga harga porang pun menjadi sangat menjanjikan bagi petani.

Porang atau bahasa latinnya Amorphophallus Muelleri Blume merupakan tanaman jenis umbi-umbian. Tanaman ini toleran naungan hingga 60%. Porang dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja di ketinggian 0 sampai 700 mdpl. Tanaman tersebut dapat memungkinkan dibudidayakan di lahan hutan di bawah naungan tegakan tanaman lain. Sementara, pembibitan porang dapat dilakukan dari potongan umbi batang maupun umbinya yang telah memiliki titik tumbuh atau umbi katak (bubil) dan biji (dari bunga) yang ditanam secara langsung.

Sebagai tanaman budidaya yang baru diminati petani dan belum memiliki daftar Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) utama pada tanaman tersebut, tentunya pestlist OPT menjadi sangat penting untuk dilakukan. Hal ini terkait dengan antisipasi serangan dan pengendalian OPT yang tepat pada tanaman tersebut. Mengingat pentingnya hal ini, Kementan melalui  terus bergerak ke kawasan budidaya porang untuk meneliti lebih lanjut OPT yang menyerang tanaman tersebut.

“Kami akan terus meningkatkan budidaya porang ini dalam berbagai aspek salah satunya dalam pengamanan produksi porang,” ungkap Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi saat diwawancara hari Sabtu (9/12).  Ia menuturkan saat ini ada 20.000 hektare lahan di Indonesia yang ditanami porang. “Porang ini sudah diekspor ke 16 negara. Ekspor porang terbesar kita ada di China, Thailand, dan Vietnam dalam bentuk chips, tepung dan lainnya. Pada tahun 2020, sebanyak 19.800 ton porang diekspor dengan nilai Rp880 miliar,” katanya. Suwandi menuturkan porang merupakan komoditas tanaman baru yang potensilan untuk dikembangkan. Banyak produk yang menggunakan bahan dasar porang seperti produk farmasi, tepung, pangan, dan lainnya.

Suwandi dalam berbagai kesempatan meminta semua staf kementan agar terus mengawal dan menuntaskan masalah-masalah pertanian seperti hama dan serangan penyakit dengan melakukan upaya-upaya maksimal untuk menjaga dan mengamankan produksi komoditas pertanian. “Semua harus rajin turun ke lapangan, memantau dan mengamankan pertanaman. Memberikan sosialisasi cara yang benar pengendaliannya, supaya bisa memberikan faedah bagi petani,” sebut Suwandi.


Hal senada juga diungkapkan oleh Enie Tauruslina Kepala Balai Besar Peramalan OPT (BBPOPT). “Kita telah membentuk tim identifikasi dan siap untuk melaksanakan identifikasi dan pengujian untuk kegiatan pestlist porang ini. Diharapkan didapatkan output berupa daftar OPT utama yang menyerang tanaman porang sehingga mampu dilakukan pengkajian tentang strategi pengendaliannya,” ungkapnya.

BBPOPT beserta Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan bergerak cepat dengan mengirim tim pestlist OPT porang ke beberapa provinsi antara lain Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Sulawesi Selatan dan NTT. Tim turun ke lapangan melakukan pengamatan dan pengambilan sampel kemudian dibawa ke laboratorium pengujian di BBPOPT untuk diidentifikasi lebih lanjut baik yang berupa hama maupun penyakit.

Mersepon hal itu, POPT BBPOPT Cahyadi Irwan dan Rista Susanti selaku tim pestlist untuk daerah Banten beserta Kortikab Kabupaten Serang dan Petugas BPSB didampingi oleh penyuluh dan POPT setempat telah melakukan pengamatan pada pertanaman porang di Kecamatan Gunungsari dan Kecamatan Mancak di Kabupaten Serang serta Kecamatan Bayah di Kabupaten Lebak. Untuk sementara OPT yang berhasil didata baik dari pengamatan langsung maupun informasi petani setempat yaitu ulat, belalang, siput, bercak daun, sunburn symptom (layu terbakar matahari), busuk batang dan jamur pada umbi.

“Untuk sampel ulat dan bercak daun bergejala telah kami dapatkan dan kami bawa ke laboratorium untuk diidentifikasi lebih lanjut. Ulat yang di dapat ada dua jenis berwarna hitam totol kuning dan hijau dengan tanduk di bagian ekor. Ulat ini juga ditemukan di pertanaman porang wilayah Purwakarta dan Ciamis. Sampel lain tentunya akan terus dikumpulkan teman-teman di lapangan,” papar Rista.

Menurut informasi petani di Desa Kaduagung, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Serang, siput juga menjadi hama bagi tanaman porang karena siput tersebut berjalan pada tanaman lalu meninggalkan jejak dan jejak tersebut dapat membuat bagian tanaman menjadi busuk berair. Selain itu ditemukan juga gejala tanaman dengan daun menggulung dan layu serta rebah dimungkinkan karena faktor abiotik yaitu paparan sinar matahari yang terlalu tinggi karena tidak ada naungan tegakan tanaman lain disekitar. Diketahui bahwa tanaman porang ini toleran terhadap naungan sampai 60%.

“Kami juga mendapatkan informasi dari petani di Desa Sangiang, Kecamatan Mancak, Kabupaten Serang bahwa telah melakukan pemanfaatan Trichoderma sebagai upaya pengendalian OPT. Hal ini tentunya kami dukung dan BBPOPT siap membantu penyediaan isolat APH atau Agen Pengendali Hayati dalam pengendalian OPT mengingat bahwa ekspor memiliki standar yang ketat terutama mengenai residu kimia dari komoditas,” tambah Irwan.



Berita Lainnya